Seorang
akhwat, sebut saja Nisa, serta seorang ikhwan, sebut saja Rizal. Kisah cinta
diam mereka. Nisa memang sudah dekat dengan keluarga Rizal. Dekat bukan karena
mereka mempunyai hubungan spesial. Kedekatan Nisa dengan keluarga Rizal karena
adik Rizal memang berteman akrab dengan Nisa.
Kedekatan
antara keluarga Rizal dengan Nisa terjalin cukup lama. Nisa pun sering menginap
di rumah Rizal. Sekali lagi karena Nisa memang dekat dengan adik Rizal. Orang
tua Rizal pun sudah menganggap Nisa sebagai anak mereka sendiri.
Suatu
hari, umi mengajukan pertanyaan yang membuat Nisa tercengang. Beliau bertanya,
“Nisa, ada rasa ga sama abang (Rizal)”. Nisa kaget mendengar pertanyaan umi.
Nisa pun bingung menjawabnya karena selama ini belum pernah ia merasakan apa
itu “rasa”. Setau Nisa, ia pernah merasakan yang namanya rasa seperti kagum,
rasa suka ketika ia melihat orang lain bisa mengaji dengan suara merdu, suka
dengan orang yang pintar dll. Rasa suka itu ia sebut dengan “kagum”. Selama ini
hanya rasa itu yang ia ketahui.
Dengan
tenang Nisa menjawab, “mungkin hanya kagum”. Ia takut jika ia menjawab “iya”
keluarga tersebut akan menjaga jarak dengannya, oleh karena itu ia menjawab
“tidak”. Ia tidak ingin keluarga tersebut menjaga jarak, bila memang harus ada
jarak, biar ia yang pergi, begitu fikirnya.
Beberapa
bulan setelah itu, adik Rizal memberitahukan bahwa Rizal akan menikah.
“glomprang” mungkin itu yang akan terdengar jika hati seorang manusia jatuh dan
hancur berkeping-keping. Ada apa ini, mengapa hatinya begitu remuk redam
mendengar kabar yang seharusnya membuatnya senang. Di saat itu baru tersadar,
mungkin inilah “rasa cinta”.
Selang
beberapa hari, umi bicara kepada Nisa, umi menjelaskan ketika umi menanyakan
perasaan Nisa kepada Rizal, seorang teman Rizal mengenalkannya dengan akhwat
lain. Akan tetapi Rizal mempunyai “rasa” kepada Nisa, oleh karena itu umi
menanyakan kepada Nisa apakah ia mempunyai rasa terhadap Rizal. Karena Nisa
menjawab “tidak” maka Rizal menerima perkenalan dengan akhwat yang dikenalkan
oleh temannya.
Cinta
diam mereka memang tak bersatu di dunia. Jangan lihat akhir kisah mereka
sebagai sad ending tp lihatlah bagaimana dua insan manusia tersebut menjaga
izzah-nya dengan mencintai dalam diam. Biarkan “rasa” itu tersimpan rapi di
dalam kalbu hingga halal menjadikannya layak untuk diungkapkan.